Sunday, September 3, 2017

TUGAS REKLAMASI (DRAINASE VERTIKAL)

DRAINASE VERTIKAL
Drainase Vertikal mampu menampung air hujan. Dan tidak melimpaskannya ke arah laut.
Drainase Vertikal mampu menyerap air hujan sehingga bisa terserap oleh tanah secara cepat.

PERKEMBANGAN VERTIKAL DRAIN
Pada tahun 1925, Daniel E. Moran memperkenalkan pemakaian drainase dari kolom-kolom pasir untuk stabilitas tanah pada kedalaman yang besar dan selanjutnya keberhasilan drainase tipe ini dipakai disebelah barat benua Amerika (Amerika Serikat) dan pada tahun 1944 disebelah timur negara tersebut. Tipe drainase selanjutnya dikenal dengan drainase vertikal. Sejak tahun itu, pemanfaatan drainase vertikal yang dikenal dengan metode vertikal drain berkembang demikian pesat, umumnya dalam pekerjaan-pekerjaan konstruksi timbunan untuk jalan raya, tanggul, tanah hasil reklamasi pantai.
Pada tahun 1936, diperkenalkan sistem vertikal drain dengan bahan sintesis oleh Kjellman di Swedia. Setelah di tes di beberapa tempat pada tahun 1937 dengan bahan calboard wick mendapat sambutan yang hangat dari para ilmuwan. Sejak saat itu pengembangan vertikal drain dilanjutkan menggunakan berbagai macam bahan. Ini dilakukan para ilmuan agar dapat mempercepat waktu penurunan konsolidasi yang lama. Pengembangan yang terbaru bagi vertikal drain adalah vertikal drain sintesis. Dengan memenuhi persyaratan untuk kelayakan vertikal drain dan bahkan vertikal drain sintesis dapat mempercepat waktu penurunan konsolidasi lebih cepat dari bahan-bahan terdahulunya sehingga menjadi pilihan utama saat mengatasi masalah konsolidasi.
                                    .
PRINSIP VERTIKAL DRAIN
Laju konsolidasi yang rendah pada lempung jenuh dengan permeabilitas rendah, dapat dinaikkan dengan menggunakan drainasi vertikal (vertical drain) yang memperpendek lin¬tasan pengaliran dalam lempung. Kemudian konsolidasi terutama diperhitungkan akibat pengaliran horisontal radial, yang menyebabkan disipasi kelebihan tekanan air pori yang lebih cepat, pengaliran vertikal kecil pengaruhnya. Dalam teori, besar penurunan konsolidasi akhir adalah sama, hanya laju penurunannya yang terpengaruh.                                   .             
Karena tujuannya adalah untuk mengurangi panjang lintasan pengaliran, maka jarak antara drainasi merupakan hal yang terpenting. Drainasi tersebut biasanya diberi jarak dengan pola bujur sangkar atau segitiga. Jarak antara drainasi tersebut harus lebih kecil daripada tebal lapisan lempung dan tidak ada gunanya menggunakan drainasi vertikal dalam lapisan lempung yang relatif tipis.
Untuk mendapatkan desain yang baik, koefisien konsoli¬dasi horisontal dan vertikal (Ch dan Cv) yang akurat sangat penting untuk diketahui.
Biasa¬nya rasio Ch /Cv terletak antara 1 dan 2, semakin tinggi rasio ini, pemasangan drainasi se¬makin bermanfaat. Nilai koefisien untuk lempung di dekat drainasi kemungkinan men¬jadi berkurang akibat proses peremasan (remoulding) selama pemasangan (terutama bila di-gunakan paksi), pengaruh tersebut dinamakan pelumasan (smear). Efek pelumasan ini dapat diperhitungkan dengan mengasumsikan suatu nilai Ch yang sudah direduksi atau dengan menggunakan diameter drainasi yang diperkecil.               .
Masalah lainnya adalah diameter drainasi pasir yang besar cenderung menyerupai tiang-tiang yang lemah, yang mengurangi kenaikan tegangan vertikal dalam lempung sampai tingkat yang tidak diketahui dan meng¬hasilkan nilai tekanan air pori berlebihan yang lebih rendah dan begitu pula halnya dengan penurunan konsolidasi. Efek ini minimal bila menggunakan drainasi cetakan karena fleksibilitasnya. Pengalaman menunjukkan bahwa drainasi vertikal tidak baik untuk tanah yang memiliki rasio kompresi sekunder yang tinggi, seperti lempung yang sangat plastis dan gambut, karena laju konsolidasi sekunder tidak dapat dikontrol oleh vertikal drain.

JENIS VERTIKAL DRAIN
Pada prinsipnya drainase ini dapat dikatakan menjamin aliran air tanpa hambatan atau dapat dikatakan kecil ke arah vertikal yaitu ke arah lapisa porus yang berada di atas muka tanah atau bahkan dua lapisan porus di atas dan di bawah lapisan lunak (berada dalam tanah) dan juga tidak menimbulkan masalah pada bidang kontak antara tanah dan drain. Tipe vertikal drain bergantung pada material yang digunakan dan dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu:
YVertikal drain konvensional.                                           .
Y Vertikal drain sintesis.

VERTIKAL DRAIN SINTETIK
 Ada beberapa macam dari vertikal drain sintetik dan dapat dikategorikan dalam beberapa kategori (Magnan, 1983) :
a. Vertikal drain sintesis dari bahan karton.
b. Vertikal drain dari bahan plastik.
c. Vertikal drain dari bahan pasir yang dibungkus dengan material sintetik.
d. Vertikal drain dari bahan serabut kelapa.
             Vertikal drain sintetik umunya berbentuk strip dan terdiri dari dua komponen utama yaitu inti plastik yang dibungkus dengan material geosintesis. Inti plastik berfungsi sebagai penyalur air dan pembungkus sebagai filter bagi partikel tanah halus. Dibanding dengan vertikal drain dari bahan pasir (sanddrain), vertikal drain sintesis mempunyai beberapa keuntungan menurut Young (1997), diantaranya :
1. Gangguan tanah akibat pemasangan lebih kecil.
2. Alat-alat pemasangan lebih ringan.
3. Meniadakan kontrol kualitas pasir dilapangan.
4. Kualitas vertikal drain sintesis lebih seragam.
5. Menjamin jalur drainase yang kontinyu.
6. Kontaminasi partikel halus jauh lebih kecil.
7. Menahan deformasi yag besar tanpa menghilangkan fungsinya.
8. Lebih cepat pemasangannya.
9. Lebih ekonomis.
Karena alasan-alasan tersebut metode sand drain semakin jarang digunakan dan banyak yang memilih menggunakan vertikal drain jenis sintesis.

DRAINASE VERTIKAL KONATA
Drainase Vertikal KONATA mempunyai keunggulan yaitu :
  1. Penempatannya fleksibel
  2. Tidak merubah fungsi lahan
  3. Pembuatannya Cepat
  4. Bebas Perawatan
  5. Berdayaguna sangat lama
  6. Bersih, kering dan tidak mengembang
  7. Sudah terbukti Efektif

PENGGUNAAN VERTIKAL DTAIN
            Vertikal drain dapat dipergunakan dalam berbagai aplikasi, diantaranya di bawah embankment jalan raya, jalan kereta api atau landas pacu pesawat serta di bawah pondasi tanki minyak yang berdiri di atas tanah lunak , pada konstruksi-konstruksi tersebut. Vertikal drain terutama digunakan untuk mempercepat proses konsolidasi sehingga pada waktu konstruksi yang sebenarnya didirikan, tidak akan dialami penurunan atau beda penurunan yang berlebihan yang dapat menyebabkan gangguan operasi sarana-sarana tersebut atau bahkan merusak strukturnya. menunjukkan aplikasi di oprit jembatan, bila oprit jembatan masih dapat mengalami penurunan pada waktu operasi maka akan timbul beda elevasi antara oprit jembatan dengan jembatannya yang biasanya tidak turun (sangat kecil) karena berdiri di atas pondasi dalam.
Bila dalam pelebaran suatu jalan, elevasi jalan baru harus dibuat sama dengan jalan lama, sedangkan penggalian tanah disamping jalan lama dapat menimbulkan gangguan stabilitas, maka vertikal drain merupakan solusi yang tepat. Bila diperlukan suatu embankment yang tinggi dan dihadapi masalah stabilitas, vertikal drain dapat dipakai untuk mempercepat keluarnya tegangan air pori dan meningkatkan tegangan efektif tanah sehingga kestabilan tanah pondasi embankment tersebut menjadi lebih baik .
Pada proyek reklamasi vertikal drain digunakan untuk mempercepat proses penurunan dan meningkatkan stabilitas sehingga proses pengurukan dapat berjalan dengan balk dan cepat. Vertikal drain juga dapat dikombinasikan dengan metode prakompresi hampa udara (vacuum drainage) atau pemadatan dinamis (dynamic consolidation) untuk mempercepat disipasi tegangan air pori yang timbul pada waktu dilakukan proses pemadatan .
Dalam proses prakompresi hampa udara, pemasangan vertikal drain tidak boleh mnencapai lapisan permeabel yang mengandung sumber air karena ini akan berakibat tersedotnya air dari lapisan permeabel tsb. Pemancangan tiang pancang dlbawah lereng galian akan menimnbulkan tegangan air pori yang dapat membahayakan kestabilan lereng galian tsb. disini vertikal drain akan sangat berguna untuk mempercepat proses keluarnya tegangan air pori sehingga kestabilan lereng tidak banyak terganggu.



Friday, August 25, 2017

TUGAS BESAR BANGUNAN IRIGASI TEKNIK PENGAIRAN 2012 [FREE DOWNLOAD]

Image result for bangunan irigasi

Semakin menyempitnya lahan pertanian akibat pemenuhan kebutuhan yang lain bukan berarti tidak diperlukan lagi bangunan irigasi. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat menyebabkan peningkatan kebutuhan pangan, sehingga pengembangan jaringan irigasi suatu lahan mutlak diperlukan untuk perbaikan sistem pertanian di masa yang akan datang.
Pada dasarnya bangunan yang menyalurkan air irigasi sampai ke lahan-lahan pertanian yang diinginkan dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu :
1.   Bangunan Utama
     Yaitu bangunan melintang sungai yang menyadap air sungai digunakan untuk keperluan irigasi, air baku, dan lain-lain.
2.   Bangunan Pelengkap
     Yaitu bangunan yang digunakan untuk mengatasi agar saluran tetap dapat membawa air ke lahan pertanian serta mengatasi penyebab kemunduran dan kerusakan pada saluran.
            Pengembangan jaringan irigasi dilakukan dengan memanfaatkan kondisi air sampai di lapangan. Untuk itu perlu ditinjau lebih dahulu besar debit dan tinggi muka air, karena debit dan tinggi muka air sangat menentukan bentuk bangunan utama pada bangunan pengambilan air untuk jaringan irigasi tersebut.
            Untuk sungai yang memiliki debit yang cukup, tetapi tinggi muka airnya tidak mencukupi untuk dialirkan ke saluran induk, maka harus dibuat bangunan pengambilan air. Bangunan pengambilan air ini berfungsi untuk menaikkan tinggi muka air sungai sehingga mampu mengairi lahan yang luas. Untuk itu perencanaan bangunan irigasi yang matang dan sesuai dengan kondisi pertanian yang ada akan membawa keberhasilan pada penyaluran air ke lahan yang membutuhkan.
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa sungai mempunyai dua periode, yaitu periode dimana sungai mempunyai debit yang sangat besar sehingga meluap dan menimbulkan banjir. Serta periode dua dimana sungai mempunyai debit yang cukup, tetapi tinggi muka air relatif rendah untuk mengalirkan air ke saluran induk.



TUGAS BESAR BANGUNAN IRIGASI DAPAT DI DOWNLOAD PADA LINK DIBAWAH INI 


Sunday, July 16, 2017

Tugas Besar Jaringan Irigasi Teknik Pengairan 2012 UB [FREE DOWNLOAD]


Dalam tugas ini, kita akan mempelajari bagaimana memanfaatkan sumber-sumber air tersebut untuk disalurkan dalam penggunaannya mengairi lahan-lahan bercocok tanam, atau biasa diistilahkan air adalah sumber daya alami terbesar yang dianugrahkan Tuhan pada umat manusia. Manusia sangat membutuhkan air untuk mempertahankan hidupnya. Tercatat dalam sejarah bahwa permulaan peradaban di muka bumi ini pada daerah yang dilalui aliran sungai seperti sungai Nil di Mesir, sungai Indus di India dan sungai Hwang-Ho di Cina. 
Dalam penggunaannya dalam kebutuhan air sehari-hari, sebanyak kurang lebih 80% di bumi ini digunakan untuk lahan bercocok tanam. Terdapat dua sumber air yang dapat kita kenal, Sumber air yang berasal dari permukaan (surface water) seperti danau, aliran sungai dan lain-lain. Dan sumber mata air yang berasal dari dalam tanah (ground water) seperti mata air. Pemanfaatan sumber-sumber air tersebut untuk disalurkan dalam penggunaannya mengairi lahan-lahan bercocok tanam, atau biasa diistilahkan dengan kata irigasi. 




Download pada link dibawah ini :

Tugas Besar Hidrologi Terapan Teknik Pengairan 2012 UB [FREE DOWNLOAD]

Indonesia terletak pada daerah lintas khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia hanya mempunyai 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada musim hujan aliran sungai banyak dipengaruhi oleh datangnya hujan dan seringkali mengakibatkan terjadinya banjir.
Banjir sangat erat hubungannya dengan urbanisasi dan pengembangan wilayah, baik Kabupaten maupun Kota. Pengembangan wilayah akan mengundang urban yang akan memerlukan pemukiman. Pemukiman akan menyebabkan naiknya limpasan permukaan yang akan menyebabkan banjir baik kekerapan maupun besarannya. Upaya untuk mengatasi masalah banjir telah dilakukan, namun dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah Kabupaten dan Kota, ketersediaan sarana dan prasarana pengendalian banjir yang ada menjadi tertinggal. Sementara itu tingkat resiko akibat banjir yang terjadi menjadi semakin meningkat.
Data curah hujan maksimum dan rata-rata untuk suatu daerah tangkapan air atau daerah aliran sungai (DAS) merupakan informasi yang sangat diperlukan dalam rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir.
Sarana fisik pengendali banjir yang sering dilaksanaka antara lain berupa bangunan bendungan, tanggul banjir, banjir canal, sudetan, normalisasi alur sungai dan sebagainya yang pada umumnya merupakan kombinasi sehingga membentuk suatu sistim berdasarkan atas dimensi tertentu tergantung pada besarnya debit banjir rencana.
Ada banyak metode dalam menghitung debit banjir rancangan, diantaranya  dengan pencatatan banjir maksimum terukur, rumus empirik, cara rasional, regional flood analyis dan pendekatan statistik dengan analisis frekuensi. Salah satu metode yang sering digunakan untuk menghitung debit banjir rancangan yaitu dengan hidrograf satuan dan analisis frekuensi. Maksud analisa ini antara lain juga untuk memberikan informasi tentang debit banjir yang terjadi pada setiap tahun , dimana estimasi besarnya debit tersebut secara hydrology kemungkinannya akan terulang kembali pada periode - periode mendatang.
Dalam Flood Frekuensi analisis ini digunakan beberapa methode ( Probability distribution ) untuk menghitung estimasi besarnya debit periode ulang tertentu tersebut antara lain Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Peorson Type III , Distribusi Gumbel.

Download Pada Link dibawah ini  :

Sunday, June 25, 2017

Tugas Besar Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Teknik Pengairan 2012


 

Dosen : Prima Hadi Wicaksono, ST., MT.

Laporan dapat didownload pada link dibawah ini :

BAB 4 - Perancangan Breakwater,Tiang Pancang & Turap Pada Pelabuhan Semarang


Dosen :  Ir. Suwanto Marsudi, MS  

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Breakwater direncanakan dengan lapis pelindung
·      Kedalaman air di lokasi bangunan berdasarkan HWL, MWL, dan LWLadalah:
dHWL = 1,95 +12   = 13,95 m
dLWL = 0,4 +12     = 12,40 m
dMWL = 1,25 +12  = 13,25 m
·         Gelombang pecah akan terjadi pada kedalaman 5,41 m. Karena db < dLWL dan db < dHWL
·         Tinggi pemecah gelombang 23,95 m
  • Berat Butir Lapis Lindung 2,43 ton
·         Lebar puncak pemecah gelombang  3,5
  • Tebal lapis lindung 2,23 m
  • Jumlah batu pelindung  23,02

4.2 Perencanaan Turap Baja pada Dermaga
·         Direncanakan dermaga untuk untuk berlabuh kapal berukuran               = 4000
·         Lebar dermaga (B)                                                                           = 5 m
·         Jarak antara balok melintang                                                              = 5 m
·         Ukuran tiang pancang                                                                        = 5 x 5 cm
·         Berat jenis baja                                                                                  = 2,4

4.3 Perencanaan komposisi Tiang Pancang untuk Dermaga
·         Daya dukung yang diijinkan                                                                = 0,7
·         Lebar balok melintang                                                                        = 1 m
·         B                                                                                                     =  5 m
·         Panjang pias                                                                                      =  5 m
·         Jumlah tiang pancang (n)                                                                    =  9