Laporan dapat didownload pada link dibawah ini :
Sunday, June 25, 2017
BAB 4 - Perancangan Breakwater,Tiang Pancang & Turap Pada Pelabuhan Semarang
Dosen : Ir. Suwanto Marsudi, MS
BAB IV
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Breakwater direncanakan dengan lapis pelindung
·
Kedalaman air di lokasi bangunan berdasarkan
HWL, MWL, dan LWLadalah:
dHWL
= 1,95 +12 = 13,95 m
dLWL
= 0,4 +12 = 12,40 m
dMWL
= 1,25 +12 = 13,25 m
·
Gelombang pecah akan terjadi pada kedalaman
5,41 m. Karena db < dLWL dan db < dHWL
·
Tinggi pemecah gelombang 23,95 m
- Berat Butir Lapis Lindung 2,43 ton
·
Lebar puncak pemecah gelombang 3,5
- Tebal lapis lindung 2,23 m
- Jumlah batu pelindung 23,02
4.2
Perencanaan Turap Baja pada Dermaga
·
Direncanakan dermaga untuk untuk berlabuh kapal
berukuran = 4000
·
Lebar dermaga (B) =
5 m
·
Jarak antara balok melintang =
5 m
·
Ukuran tiang pancang =
5 x 5 cm
·
Berat jenis baja =
2,4
4.3
Perencanaan komposisi Tiang Pancang untuk Dermaga
·
Daya dukung yang diijinkan =
0,7
·
Lebar balok melintang =
1 m
·
B = 5 m
·
Panjang pias = 5 m
·
Jumlah tiang pancang (n) = 9
BAB 2 - Perancangan Breakwater,Tiang Pancang & Turap Pada Pelabuhan Semarang
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Pelabuhan
Pelabuhan
adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima
kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan
biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar
muatan kapal-kapal yang berlabuh. Crane dan gudang berpendingin juga disediakan
oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang berkepentingan. Sering pula
disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti pengalengan dan pemrosesan
barang. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001 mengatur tentang pelabuhan dan
fungsi serta penyelengaraannya.
Pelabuhan
juga merupakan tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di
sekitarnyadengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan
kegiatan ekonomiyang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh,
naik turun penumpang danbongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dankegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar modatransportasi.
2.2. Persyaratan dan
perlengkapan Pelabuhan
Pelabuhan adalah
daerah yang terlindungi dari pengaruh gelombang sehingga kapal bisa berlabuh
dengan aman untuk bongkar muat barang,menarik turunkan penumpang,mengisi bahan
bakar,melakukan reparasi dan sebagainya. Untuk memberi pelayanan yang baik maka
pelabuhan harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya sebagai berikut :
·
Harus ada hubungan yang
mudah antar tranportasi air dan darat sepeti
jalan raya dan kereta api.agar barang barang dapat diangkut dari dan ke
pelabuhan dengan mudah dan cepat.
·
Pelabuhan berada
disuatu lakosi yang mempunyai daerah belakang(daerah pengaruh) subur dengan
populasi penduduk yang cukup padat.
·
Pelabuhan harus
mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup.
·
Kapal-kapal yang
mencapai pelabuhan herus mampu membuang sauh selama menunggu merapat ke
dermaga.
·
Pelabuhan harus
mampunyai fasilitas bongkar muat barang(kran, dsb) dan gudang-gudang
penyimpanan barang.
·
Pelabuhan harus
mempunyai fasilitas untuk meresparasi kapal-kapal.
2.3.
Bangunan pada Pelabuhan
2.3.1.
Pemecah Gelombang (Break water)
Salah
satu bangunan pelabuhan yang berfungsi untuk melindungi daerah pelabuhan dari
gelombang dan sedimentasi, yaitu dengan memperkecil tinggi gelombang sehingga
kapal dapat berlabuh dan bertambat dengan tenang serta dapat melakukan bongkar
muat dengan lancer. Talud ini dapat di bagi menjadi 3 jenis yaitu penahan
gelombang batu alam (rubble mounds breakwater), (b) penahan gelombang batu buatan
(artificial breakwater), penahan gelombang dinding tegak.
2.3.2.
Alur pelayaran
Yaitu daerah yang
dilalui kapal sebelum masuk ke dalam wilayah pelabuhan. Alur ayaran ini dibagi
menjadi 2(dua) bagian yaitu (pertama) artificial channel adalah alur yang
sengaja dibuat sebagai jalan masuk kapal ke dermaga dengan mengadakan
pengerukan dan (kedua) natural channel yaitu alur pelayaran yang telah
terbentuk sedemikian rupa oleh alam.
2.3.3. Kolam Pelabuhan
Daerah disekitar
dermaga yang digunakan kapal untuk melakukan aktivitasnya. Kolam Pelabuhan
Minimal harus memiliki ukuran Panjang (L)= B + 1,4 B + 1,5 B + 30m, dan Lebar
(W) = 1,5 B (dimana B = Lebar kapal) dan turning basin = 4 L tanpa tug boat dan
1,7 L sampai dengan 2 L dengan tug boat.
2.3.4. Dermaga
Dermaga adalah tempat
kapal ditambatkan di pelabuhan. Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan
bongkar muat barang dan orang dari dan ke atas kapal. Di dermaga juga dilakukan
kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air minum, air bersih, saluran
untuk air kotor /limbah yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan. Hal yang
perlu diingat bahwa dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang
merapat dan bertambat padadermaga
tersebut.
2.3.5. Alat Penambat
Digunakan untuk menanmbat kapal pada
waktu merpat di dermaga maupun menggu diperairan sebelum kapal merapat
didermaga.
2.4. Pondasi Tiang
Pancang Pelabuhan
Pondasi tiang pancang
(pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan
mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang
terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang
menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah
kayu, baja (steel), dan beton. Tiang
pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, dibor atau di dongkrak ke
dalam tanah dan dihubungkan dengan pile cap (poer).
Tergantung juga pada tipe tanah, material dan karakteristik penyebaran beban
tiang pancnag diklasifikasikan berbeda-beda.
Pondasi tiang sudah
digunakan sebagai penerima beban dan sistem transfer beban bertahun-tahun. Pada
awal peradaban, dari komunikasi, pertahanan, dan hal-hal yang strategik dari
desa dan kota yang terletak dekat sungai dan danau. Oleh sebab itu perlu
memperkuat tanah penunjang dengan beberapa tiang. Tiang yang terbuat dari kayu
(timber pile) dipasang dengan dipukul ke dalam tanah dengan tanah atau lubang
yang digali dan diisi dengan pasir dan batu.
2.5. Turap
Turap
adalah dinding vertical yang relative tipis yang berfungsi untuk menahan tanah
juga untuk menahan masuknya air ke dalam lubang galian. Karena pemasangan yang mudah dan biaya yang
murah, turap banyak digunakan pada pekerjaan-pekerjaan seperti, penahan tebing
galian sementara, penahan longsong, stabilitas lereng, bangunan-bangunan
pelabuhan, bendungan serta bangunan lainnya. Dinding turap tidak cocok untuk
menahan tanah timbunan yang tinggi karena akan memerlukan luas tampang bahan
turap yang besar. Selain itu, dinding turap juga tidak cocok digunakan pada
tanah yang mengandung banyak batuan-batuan, karena menyulitkan pemancangan.
BAB 1 - Perancangan Breakwater,Tiang Pancang & Turap Pada Pelabuhan Semarang
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semarang
sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah mempunyai perananyang penting dalam simpul
transportasi baik itu transportasi darat, laut, maupunudara. Kota ini
menghubungkan dua kota metropolitan yaitu Jakarta dan Surabaya yang merupakan
jalur perekonomian utama di Pulau Jawa. Tentunya letak kota inisangat
menguntungkan untuk dikembangkan menjadi kota industri.
Soal 3 - Tugas Besar Hidrologi Teknik Dasar Teknik Pengairan UB 2012 [Part 2]
3.7.1 Metode Rata-rata Hitung
Tabel
3.2 Data curah hujan baru dengan metode
rata – rata hitung
No.
|
Tahun
|
Stasiun Hujan (mm)
|
Jumlah
(mm)
|
Rerata
(mm)
|
Tinggi Hujan (mm)
|
|||
A
|
B
|
C
|
D
|
|||||
1
|
2000
|
301.0
|
286.0
|
270.9
|
255.9
|
1113.8
|
278.45
|
278.45
|
2
|
2001
|
234.0
|
222.3
|
210.6
|
198.9
|
865.8
|
216.45
|
216.45
|
3
|
2002
|
342.6
|
307.8
|
291.6
|
275.4
|
1217.4
|
304.35
|
304.35
|
4
|
2003
|
287.0
|
272.7
|
258.3
|
244.0
|
1062.0
|
265.50
|
265.50
|
5
|
2004
|
253.0
|
240.4
|
227.7
|
215.1
|
936.2
|
234.05
|
234.05
|
6
|
2005
|
221.0
|
210.0
|
198.9
|
187.9
|
817.8
|
204.45
|
204.45
|
7
|
2006
|
301.0
|
286.0
|
270.9
|
255.9
|
1113.8
|
278.45
|
278.45
|
8
|
2007
|
263.0
|
249.9
|
236.7
|
223.6
|
973.2
|
243.30
|
243.30
|
9
|
2008
|
194.0
|
184.3
|
174.6
|
164.9
|
717.8
|
179.45
|
179.45
|
10
|
2009
|
258.0
|
245.1
|
232.2
|
219.3
|
954.6
|
238.65
|
238.65
|
11
|
2010
|
341.0
|
324.0
|
306.9
|
289.9
|
1261.8
|
315.45
|
315.45
|
12
|
2011
|
311.0
|
295.5
|
279.9
|
264.4
|
1150.8
|
287.70
|
287.70
|
Sumber
: Data Hasil Perhitungan, 2013
Contoh Perhitungan:
Pada tahun 2000
Jumlah =
Stasiun A + Stasiun B + Stasiun C +
Stasiun D
= 301.0 + 286.0 + 270.9 +
255.9
= 1113.8 mm
Rerata = Jumlah
4
=
1113.8
4
= 278.45 mm
3.7.2 Metode Poligon Thiessen
Tabel
3.3 Data Curah Hujan Baru
No.
|
Tahun
|
Stasiun
Hujan (mm)
|
|||
A
|
B
|
C
|
D
|
||
1
|
2000
|
301.0
|
286.0
|
270.9
|
255.9
|
2
|
2001
|
234.0
|
222.3
|
210.6
|
198.9
|
3
|
2002
|
342.6
|
307.8
|
291.6
|
275.4
|
4
|
2003
|
287.0
|
272.7
|
258.3
|
244.0
|
5
|
2004
|
253.0
|
240.4
|
227.7
|
215.1
|
6
|
2005
|
221.0
|
210.0
|
198.9
|
187.9
|
7
|
2006
|
301.0
|
286.0
|
270.9
|
255.9
|
8
|
2007
|
263.0
|
249.9
|
236.7
|
223.6
|
9
|
2008
|
194.0
|
184.3
|
174.6
|
164.9
|
10
|
2009
|
258.0
|
245.1
|
232.2
|
219.3
|
11
|
2010
|
341.0
|
324.0
|
306.9
|
289.9
|
12
|
2011
|
311.0
|
295.5
|
279.9
|
264.4
|
Sumber:
Hasil Perhitungan, 2013
Tabel 3.4
Perhitungan
Koefisien Thiessen
Stasiun Hujan
|
Luas
(cm2)
|
Luas (km2)
|
Kr
|
A
|
27.1112
|
1.0844
|
0.22
|
B
|
27.8773
|
1.1151
|
0.23
|
C
|
23.2574
|
0.9303
|
0.19
|
D
|
44.4871
|
1.7795
|
0.36
|
Jumlah
|
122.733
|
4.9093
|
1
|
Sumber: Hasil
Perhitungan, 2013
Kr
= Koefisien Thiessen
Contoh
perhitungan Stasiun Huajan A
Kr
= 1.0884
4.9093
= 0.22
Tabel 3.5 Tabel tinggi hujan maksimum daerah dengan metode thiessen
No.
|
Tahun
|
PA.KA
|
PB.KB
|
PC.KC
|
PD.KD
|
Pmax
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
||
1
|
2000
|
66.49
|
64.96
|
51.33
|
92.76
|
275.54
|
2
|
2001
|
51.69
|
50.49
|
39.91
|
72.10
|
214.19
|
3
|
2002
|
75.68
|
69.91
|
55.26
|
99.82
|
300.67
|
4
|
2003
|
63.40
|
61.94
|
48.95
|
88.44
|
262.73
|
5
|
2004
|
55.89
|
54.60
|
43.15
|
77.97
|
231.61
|
6
|
2005
|
48.82
|
47.70
|
37.69
|
68.11
|
202.32
|
7
|
2006
|
66.49
|
64.96
|
51.33
|
92.76
|
275.54
|
8
|
2007
|
58.10
|
56.76
|
44.85
|
81.05
|
240.76
|
9
|
2008
|
42.85
|
41.86
|
33.09
|
59.77
|
177.57
|
10
|
2009
|
56.99
|
55.67
|
44.00
|
79.49
|
236.15
|
11
|
2010
|
75.33
|
73.59
|
58.16
|
105.08
|
312.15
|
12
|
2011
|
68.70
|
67.12
|
53.04
|
95.84
|
284.69
|
Sumber: Hasil Perhitungan, 2013
Contoh Perhitungan :
Tahun 2000
PA.KA = Curah Hujan Stasiun A . Kr A
= 301.0 x 0.22
= 66.49 mm
Pmax =
PA.KA +
PB.KB + PC.KC + PD.KD
= 66.49+ 64.96
+ 51.33 + 92.76
= 275.54 mm
Tabel 3.6
Tabel tinggi hujan maksimum daerah tahunan
No.
|
Tahun
|
Tinggi Hujan (mm)
|
|
1
|
2000
|
275.54
|
|
2
|
2001
|
214.19
|
|
3
|
2002
|
300.67
|
|
4
|
2003
|
262.73
|
|
5
|
2004
|
231.61
|
|
6
|
2005
|
202.32
|
|
7
|
2006
|
275.54
|
|
8
|
2007
|
240.76
|
|
9
|
2008
|
177.57
|
|
10
|
2009
|
236.15
|
|
11
|
2010
|
312.15
|
|
12
|
2011
|
284.69
|
3.7.3 Metode Isohyet
Untuk Metode Isohyet akan dijabarkan
pada tabel berdasarkan tahunnya
Tabel
3.7 Hujan Daerah Tahun 2000
Daerah
|
Isohyet
(mm)
|
Rerata Dua Isohyet
(mm)
|
Luasan Antara Dua Isohyet
(km2)
|
Volume Hujan
(mm.km2)
|
250.0
|
||||
I
|
260.0
|
255.0
|
0.48
|
122.27
|
II
|
270.0
|
265.0
|
1.30
|
345.78
|
III
|
280.0
|
275.0
|
0.98
|
269.34
|
IV
|
290.0
|
285.0
|
1.34
|
383.18
|
V
|
300.0
|
295.0
|
0.99
|
292.80
|
Jumlah
|
5.101
|
1413.38
|
||
Curah Hujan Rata-Rata (mm)
|
277.09
|
Sumber:
Hasil Perhitungan, 2013
Tabel
3.8 Hujan Daerah Tahun 2001
Daerah
|
Isohyet
(mm)
|
Rerata
Dua Isohyet (mm)
|
Luasan
Antara Dua Isohyet (km2)
|
Volume
Hujan
(mm.km2)
|
190.0
|
||||
I
|
200.0
|
195.0
|
0.99
|
193.55
|
II
|
210.0
|
205.0
|
1.44
|
295.54
|
III
|
220.0
|
215.0
|
1.92
|
412.59
|
IV
|
230.0
|
225.0
|
1.25
|
281.58
|
V
|
240.0
|
235.0
|
0.12
|
27.14
|
Jumlah
|
5.72
|
1210.38
|
||
Curah
Hujan Rata-Rata (mm)
|
211.60
|
Sumber:
Hasil Perhitungan, 2013
Tabel
3.9 Hujan Daerah Tahun 2002
Daerah
|
Isohyet
(mm)
|
Rerata
Dua Isohyet (mm)
|
Luasan
Antara Dua Isohyet (km2)
|
Volume
Hujan
(mm.km2)
|
260.0
|
||||
I
|
270.0
|
265.0
|
0.03
|
8.90
|
II
|
280.0
|
275.0
|
0.98
|
270.77
|
III
|
290.0
|
285.0
|
0.83
|
236.82
|
IV
|
300.0
|
295.0
|
0.76
|
224.31
|
V
|
310.0
|
305.0
|
0.67
|
205.65
|
VI
|
320.0
|
315.0
|
0.89
|
279.51
|
VII
|
330.0
|
325.0
|
0.94
|
305.15
|
VIII
|
340.0
|
335.0
|
0.38
|
127.10
|
Jumlah
|
5.49
|
1658.22
|
||
Curah
Hujan Rata-Rata (mm)
|
302.07
|
Sumber:
Hasil Perhitungan, 2013
Tabel
3.10 Hujan Daerah Tahun 2003
Daerah
|
Isohyet
(mm)
|
Rerata Dua Isohyet (mm)
|
Luasan Antara Dua Isohyet (km2)
|
Volume Hujan
(mm.km2)
|
230.0
|
||||
I
|
240.0
|
235.0
|
0.02
|
5.36
|
II
|
250.0
|
245.0
|
0.64
|
156.62
|
III
|
260.0
|
255.0
|
1.29
|
329.20
|
IV
|
270.0
|
265.0
|
1.14
|
301.53
|
V
|
280.0
|
275.0
|
1.59
|
437.80
|
VI
|
290.0
|
285.0
|
0.40
|
114.21
|
Jumlah
|
5.08
|
1344.73
|
||
Curah Hujan Rata-Rata (mm)
|
264.52
|
Sumber: Hasil Perhitungan, 2013
Tabel
3.11 Hujan Daerah Tahun 2004
Daerah
|
Isohyet
(mm)
|
Rerata
Dua Isohyet (mm)
|
Luasan
Antara Dua Isohyet (km2)
|
Volume
Hujan
(mm.km2)
|
210.0
|
||||
I
|
220.0
|
215.0
|
0.52
|
111.67
|
II
|
230.0
|
225.0
|
1.61
|
362.62
|
III
|
240.0
|
235.0
|
1.36
|
319.22
|
IV
|
250.0
|
245.0
|
1.60
|
391.00
|
V
|
260.0
|
255.0
|
0.01
|
3.18
|
Jumlah
|
5.10
|
1187.69
|
||
Curah
Hujan Rata-Rata (mm)
|
232.98
|
Sumber:
Hasil Perhitungan, 2013
Tabel
3.12 Hujan Daerah Tahun 2005
Daerah
|
Isohyet
(mm)
|
Rerata
Dua Isohyet (mm)
|
Luasan
Antara Dua Isohyet (km2)
|
Volume
Hujan
(mm.km2)
|
180.0
|
||||
I
|
190.0
|
185.0
|
0.37
|
69.29
|
II
|
200.0
|
195.0
|
1.57
|
306.74
|
III
|
210.0
|
205.0
|
1.26
|
258.92
|
IV
|
220.0
|
215.0
|
1.46
|
313.25
|
Jumlah
|
4.67
|
948.19
|
||
Curah
Hujan Rata-Rata (mm)
|
203.15
|
Sumber:
Hasil Perhitungan, 2013
Tabel
3.13 Hujan Daerah Tahun 2006
Daerah
|
Isohyet
(mm)
|
Rerata
Dua Isohyet
(mm)
|
Luasan
Antara Dua Isohyet
(km2)
|
Volume
Hujan
(mm.km2)
|
250.0
|
||||
I
|
260.0
|
255.0
|
0.37
|
94.58
|
II
|
270.0
|
265.0
|
1.26
|
333.38
|
III
|
280.0
|
275.0
|
1.24
|
340.16
|
IV
|
290.0
|
285.0
|
1.18
|
337.58
|
V
|
300.0
|
295.0
|
1.03
|
304.79
|
Jumlah
|
5.08
|
1410.49
|
||
Curah
Hujan Rata-Rata (mm)
|
277.46
|
Sumber: Hasil Perhitungan, 2013
Tabel
3.14 Hujan Daerah Tahun 2007
Daerah
|
Isohyet
(mm)
|
Rerata
Dua Isohyet (mm)
|
Luasan
Antara Dua Isohyet (km2)
|
Volume
Hujan
(mm.km2)
|
210.0
|
||||
I
|
220.0
|
215.0
|
0.15
|
33.06
|
II
|
230.0
|
225.0
|
0.76
|
171.65
|
III
|
240.0
|
235.0
|
1.40
|
329.65
|
IV
|
250.0
|
245.0
|
1.38
|
337.43
|
V
|
260.0
|
255.0
|
1.51
|
384.56
|
VI
|
270.0
|
265.0
|
0.01
|
3.33
|
Jumlah
|
5.22
|
1259.67
|
||
Curah
Hujan Rata-Rata (mm)
|
241.44
|
Sumber: Hasil Perhitungan, 2013
Tabel
3.15 Hujan Daerah Tahun 2008
Daerah
|
Isohyet
(mm)
|
Rerata
Dua Isohyet (mm)
|
Luasan
Antara Dua Isohyet (km2)
|
Volume
Hujan
(mm.km2)
|
160.0
|
||||
I
|
170.0
|
165.0
|
0.11
|
18.94
|
II
|
180.0
|
175.0
|
1.56
|
273.30
|
III
|
190.0
|
185.0
|
1.49
|
275.35
|
IV
|
200.0
|
195.0
|
0.32
|
61.53
|
Jumlah
|
3.48
|
629.12
|
||
Curah
Hujan Rata-Rata (mm)
|
180.76
|
Sumber: Hasil Perhitungan, 2013
Tabel
3.16 Hujan Daerah Tahun 2009
Daerah
|
Isohyet
(mm)
|
Rerata
Dua Isohyet (mm)
|
Luasan
Antara Dua
Isohyet (km2)
|
Volume
Hujan
(mm.km2)
|
210.0
|
||||
I
|
220.0
|
215.0
|
0.20
|
42.12
|
II
|
230.0
|
225.0
|
1.22
|
275.60
|
III
|
240.0
|
235.0
|
1.50
|
351.43
|
IV
|
250.0
|
245.0
|
0.73
|
178.22
|
Jumlah
|
3.64
|
847.36
|
||
Curah
Hujan Rata-Rata (mm)
|
232.56
|
Sumber: Hasil Perhitungan, 2013
Tabel
3.17 Hujan Daerah Tahun 2010
Daerah
|
Isohyet
(mm)
|
Rerata
Dua Isohyet (mm)
|
Luasan
Antara Dua
Isohyet
(km2)
|
Volume
Hujan
(mm.km2)
|
280.0
|
||||
I
|
290.0
|
285.0
|
0.27
|
76.07
|
II
|
300.0
|
295.0
|
1.05
|
310.96
|
III
|
310.0
|
305.0
|
1.11
|
339.95
|
IV
|
320.0
|
315.0
|
1.17
|
369.14
|
V
|
330.0
|
325.0
|
1.09
|
354.12
|
VI
|
340.0
|
335.0
|
0.77
|
257.38
|
Jumlah
|
5.47
|
1707.63
|
||
Curah
Hujan Rata-Rata (mm)
|
312.44
|
Sumber: Hasil Perhitungan, 2013
Tabel
3.18 Hujan Daerah Tahun 2011
Daerah
|
Isohyet
(mm)
|
Rerata Dua Isohyet (mm)
|
Luasan Antara Dua
Isohyet(km2)
|
Volume Hujan
(mm.km2)
|
260.0
|
||||
I
|
270.0
|
265.0
|
0.02
|
4.99
|
II
|
280.0
|
275.0
|
0.60
|
164.00
|
III
|
290.0
|
285.0
|
1.16
|
329.51
|
IV
|
300.0
|
295.0
|
1.26
|
370.50
|
V
|
310.0
|
305.0
|
0.92
|
279.82
|
Jumlah
|
3.94
|
1148.82
|
||
Curah Hujan Rata-Rata (mm)
|
291.23
|
Sumber: Hasil Perhitungan, 2013
Tabel 3.19 Tabel tinggi hujan
maksimum tahunan dengan metode isohyet
No.
|
Tahun
|
Tinggi Hujan (mm)
|
|
1
|
2000
|
277.09
|
|
2
|
2001
|
211.60
|
|
3
|
2002
|
302.07
|
|
4
|
2003
|
264.52
|
|
5
|
2004
|
232.98
|
|
6
|
2005
|
203.15
|
|
7
|
2006
|
277.46
|
|
8
|
2007
|
241.44
|
|
9
|
2008
|
180.76
|
|
10
|
2009
|
232.56
|
|
11
|
2010
|
312.44
|
|
12
|
2011
|
291.23
|
Sumber: Hasil Perhitungan, 2013
Tabel
3.20 Perbandingan perhitungan curah hujan daerah dengan metode rata-rata
hitung, Thiessen, dan Isohyet
No.
|
Tahun
|
Tinggi Curah Hujan max
(mm)
|
||
Rata-Rata Hitung
|
Thiessen
|
Isohyet
|
||
1
|
2000
|
278.45
|
275.54
|
257.86
|
2
|
2001
|
216.45
|
214.19
|
199.71
|
3
|
2002
|
304.35
|
300.67
|
277.34
|
4
|
2003
|
265.50
|
262.73
|
245.28
|
5
|
2004
|
234.05
|
231.61
|
212.67
|
6
|
2005
|
204.45
|
202.32
|
187.94
|
7
|
2006
|
278.45
|
275.54
|
257.86
|
8
|
2007
|
243.30
|
240.76
|
227.00
|
9
|
2008
|
179.45
|
177.57
|
164.57
|
10
|
2009
|
238.65
|
236.15
|
219.11
|
11
|
2010
|
315.45
|
312.15
|
293.68
|
12
|
2011
|
287.70
|
284.69
|
267.29
|
Rerata
|
253.85
|
251.16
|
252.28
|
Sumber: Hasil
Pengitungan, 2013
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode
rata-rata hitung, metode thiessen, metode
isohyet diperoleh hasil yang
berbeda-beda. Nilai curah hujan daerah terbesar diperoleh dari metode thiessen. Dalam perhitungan dengan
metode rata-rata hitung hanya mencari nilai rata-rata curah hujan dari keempat
stasiun hujan. Sedangkan dalam perhitungan metode thiessen dipengaruhi oleh adanya faktor koefisien, sehingga faktor
koefisien ini akan mempengaruhi besarnya nilai tinggi curah hujan dalam tiap
stasiun hujan. Sedangkan dalam metode isohyet,
perhitungan tinggi curah hujan dipengaruhi oleh penentuan kontur curah hujan
yang sama. Sehingga menghasilkan luasan yang berbeda dan akan mempengaruhi
nilai dari tinggi curah hujan itu sendiri.
DAFTAR
BACAAN
Montarcih, Lily. 2008. Hidrologi Teknik Dasar. Citra Malang : Malang.
Montarcih, Lily. 2010. Hidrologi Praktis. Lubuk Agung : Malang.
Soemarto, CD. 1987. Hidrologi
Teknik. Usaha Nasional : Surabaya.
Sosrodarsono, Suyono. 1983. Hidrologi untuk Pengairan. PT Pradnya
Paramita : Jakarta
Subscribe to:
Posts (Atom)