Sunday, June 25, 2017

Tugas Besar Hidrologi Teknik Dasar Teknik Pengairan UB 2012 - Soal 1 [Part 1]


Dosen Pembimbing : Dr.Eng. Donny Harisuseno, ST.,MT
 
1.1 Latar Belakang
Pengukuran langsung evaporasi maupun evapotranspirasi dari air maupun permukaan lahan yang luas akan mengalami banyak kendala, untuk itu maka dikembangkan beberapa metode pendekatan dengan menggunakan input data-data yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya evapotranspirasi.
Evaporasi merupakan faktor penting dalam studi tentang kebutuhan air tanaman dan perencanaan bangunan irigasi. Evaporasi sangat berpengaruh pada besarnya kapasitas waduk, besarnya debit yang dibutuhkan untuk tanaman, besarnya debit yang akan dialirkan untuk irigasi, dan besarnya kapasitas pompa untuk irigasi.
Apabila jumlah air yang tersedia tidak menjadi faktor pembata, maka evapotranspirasi yang terjadi akan mencapai kondisi itu dikatakan sebagai evapotranspirasi potensial tercapai atau dengan kata lain evapotranspirasi potensial akan berlangsung bila pasokan air tidak terbatas bagi permukaan tanah.
Dengan mempelajari proses terjadi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap evaporasi, mahasiswa dapat melalukan analisis neraca air suatu kawasan melalui pendekatan dari model – model perhitungan evaporasi yang ada. Besarnya evaporasi dapat dihitung dengan menggunakan beberapa metode. Metode yang sering digunakan adalah metode Blaney-Criddle, Radiasi, dan Penman. Dengan menguasai metode ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan pengelolaan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi.

1.2 Identifikasi Masalah
Evapotranspirasi adalah proses yang terjadi jika evaporasi dan transpirasi terjadi secara bersamaan. Untuk menghitung nilai dari evapotranspirasi dapat menggunakan pendekatan-pendekatan seperti dengan menggunakan metode Blaney-Criddle, Radiasi, dan Penman. Walaupun dari pendekatan-pendekatan ini masih belum terjamin keakuratannya.
Sebelum mendapatkan laju evapotranpirasi, yang harus dihitung adalah laju evaporasi atau evaporasi potensial, serta harus diketahui koefisien tanamannya. Sehingga dari sini bisa didapatkan perbandingan antara ketiganya dan nilai evapotranspirasi pun dapat diketahui.

1.3 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat di ambil adalah sebagai berikut :
  1.  Berapakah besar evaporasi potensial jika dihitung dengan metode Blaney-Criddle, Radiasi, dan Penman?
  2. Bagaimanakah perbandingan besar evaporasi potensial dari hasil perhitungan degan metode Blaney-Criddle, radiasi, dan Penman?
  3. Berapakah besar dan perbandingan nilai evapotranspirasi tanaman padi berdasarkan metode Blaney-Criddle, Radiasi, dan Penman? 
     1.4  Pembatasan Masalah
Pembahasan tentang evapotranspirasi akan dibatasi dengan hanya membahas tentang perhitungan menggunakan rumus Blaney-Criddle, Radiasi dan Penman serta hasil perbandingan antara rumus tersebut.

1.5 Tujuan dan Manfaat 
  1. Untuk mengetahui besarnya nilai evaporasi potensial. 
  2. Untuk mengetahui perbandingan besarnya nilai evaporasi potensial berdasarkan perhitungan dengan menggunakan ketiga metode.
  3. Untuk mengetahui perbandingan besar evapotranspirasi yang dihitung berdasarkan ketiga metode yang ada.  

1.6  Kajian Pustaka

1.6.1    Evaporasi Potensial

Penguapan (evaporation) adalah proses pertukaran melalui molekul air di atmosfer atau peristiwa berubahnya air atau es menjadi uap di udara. Proses Evaporasi terjadi pada tiap keadaan suhu sampai udara di permukaan tanah menjadi jenuh dengan uap air. Evaporasi merupakan faktor penting dalam studi tentang pengembangan sumber-sumber daya air. Evaporasi sangat mempengaruhi debit sungai, penggunaan (consumtif use) untuk tanaman, besarnya kapasitas waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi dan lain – lain.(Soemarto, 1995 )

            Air akan menguap dari tanah, baik tanah gundul atau yang tertutup oleh tanaman dan pepohonan, permukaan tidak tembus air seperti atap dan jalan raya, air bebas dan mengalir. Laju evaporasi atau penguapan akan berubah-ubah menurut warna dan sifat pemantulan permukaan (albedo) dan hal ini juga akan berbeda untuk permukaan yang langsung tersinari oleh matahari dan yang terlindung dari sinar matahari.

Besarnya faktor meteorologi yang mempengaruhi besarnya evaporasi poensial adalah sebagai berikut:



§  Radiasi Matahari

Pada setiap perubahan bentuk zat; dari es menjadi air (pencairan), dari zat cair menjadi gas (penguapan) dan dari es lengsung menjadi uap air (penyubliman) diperlukan panas laten (laten heat). Panas laten untuk penguapan berasal dari radiasi matahari dan tanah. Radiasi matahari merupakan sumber utama panas dan mempengaruhi jumlah evaporasi di atas permukaan bumi, yang tergantung letak pada garis lintang dan musim.

Radiasi matahari di suatu lokasi bervariasi sepanjang tahun, yang tergantung pada letak lokasi (garis lintang) dan deklinasi matahari. Pada bulan Desember kedudukan matahari berada paling jauh di selatan, sementara pada bulan Juni kedudukan matahari berada palng jauh di utara. daerah yang berada di belahan bumi selatan menerima radiasi maksimum matahari pada bulan Desember, sementara radiasi terkecil pada bulan Juni, begitu pula sebaliknya. Radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi juga dipengaruhi oleh penutupan awan. Penutupan oleh awan dinyatakan dalam persentase dari lama penyinaran matahari nyata terhadap lama penyinaran matahari yang mungkin terjadi.(Triatmodjo, 2010)

§  Angin
Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan evaporasi menjadi lebih lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh terhadap uap air dan proses evaporasi terhenti. Agar proses penguapan dapat berjalan terus lapisan udara yang telah jenuh tersebut harus diganti dengan udara kering. Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada angin. Oleh karena itu kecepatan angin merupakan faktor penting dalam evaporasi. Di daerah terbuka dan banyak angin, penguapan akan lebih besar daripada di daerah yang terlindung dan udara diam.
Untuk di negara Indonesia, kecepatan angin relatif rendah. Pada musim penghujan angin dominan berasal dari barat laut yang membawa banyak uap air, sementara pada musim kemarau angin berasal dari tenggara yang kering.

§  Kelembaban Relatif (Relative Humiditas)
 Saat terjadi penguapan, tekanan udara pada lapisan udara tepat di atas permukaan air lebih rendah di banding tekanan pada permukaan air. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan terjadinya penguapan. Pada waktu penguapan terjadi, uap air bergabung dengan udara di atas permukaan air, sehingga udara mengandung uap air. 
Udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Apabila jumlah uap air yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan uapnya juga semakin tinggi. Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin kecil, yang menyebabkan berkurangnya laju penguapan. Apabila udara di atas permukaan air sudah jenuh uap air tekanan udara telah mencapai tekanan uap jenuh, di mana pada saat itu penguapan terhenti. Kelembaban udara dinyatakan dengan kelembaban relatif. (Triatmodjo, 2010)
Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan perairan laut cukup luas, mempunyai kelembaban udara tinggi. Kelembaban udara tergantung pada musim, di mana nilainya tinggi pada musim penghujan dan berkurang pada musim kemarau. Di daerah pesisir kelembaban udara akan lebih tinggi daripada di daerah pedalaman.

§  Suhu (Temperature)
Temperatur udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh terhadap evaporasi. Semakin tinggi temperatur semakin besar kemampuan udara untuk menyerap uap air. Selain itu semakin tinggi temperatur, energi kinetik molekul air meningkat sehingga molekul air semakin banyak yang berpindah ke lapis udara di atasnya dalam bentuk uap air. Oleh karena itu di daerah beriklim tropis jumlah evaorasi lebih tinggi, di banding dengan daerah di kutub (daerah beriklim dingin). Untuk variasi harian dan bulanan temperatur udara di Indonesia relatif kecil.

1.6.2   Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah transpor air ke atmosfer dari permukaan termasuk tanah (evaporasi tanah) dan transpirasi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi yaitu faktor iklim mikro, mencakup radiasi netto, suhu, kelembaban dan angin, faktor tanaman, mencakup jenis tanaman, derajat penutupannya, struktur tanaman, stadia perkembangan sampai masak, keteraturan dan banyaknya stomata, menutup dan membukanya stomata, faktor tanah, mencakup kondisi tanah, aerasi tanah, potensial air tanah dan kecepatan air tanah bergerak ke akar tanaman (Linsley dkk., 1979).
Harga evapotranspirasi bergantung kepada jenis dan umur tanaman, yang nilainya didapatkan degan mengalikan koefisien tanaman dan harga evaporasi potensial.

Rumus Evapotranspirasi Tanaman:
    ET = Kc . ET0
Keterangan:
                        ET       =  Evapotranspirasi Tanaman (mm/hari)
                        Kc       =  Koefisien Tanaman (berdasarkan jenis tanaman)              
                        ET0      =  Evaporasi Potensial (mm/hari)
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam penghitungan besarnya evaporasi potensial adalah sebagai berikut:

1.6.3    Metode Blaney-Criddle
         Metode ini menghasilkan rumus evaporasi potensial untuk sembarang tanaman sebagai fungsi suhu, jumlah jam siang hari dan koefisien tanaman 
empiris. Rumus ini berlaku untuk daerah yang luas dengan iklim kering dan sedang yang sesuai dengan kondisi yang mirip dengan bagian barat Amerika Serikat. Radiasi matahari netto dapat di ukur dengan radiometer. Dalam pemakaian rumus ini dibutuhkan suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan waktu relatif sinar matahari terang. .(Soemarto, 1995)
Proses Perhitungan :
1.      Cari Letak Lintang Daerah yang ditinjau
2.      Cari nilai P
3.      Cari data suhu bulanan (t)
4.      Berdasarkan nilai P dan t, Hitung Eto*
5.      Sesuai dengan bulan cari angka koreksi (c)
6.      Hitung Eto 
Rumus Metode Blaney-Criddle:
ET0     = c . ET0*
ET0*  = P . (0.457 t + 8.13)
Keterangan:

                        ET0      =  Evaporasi Potensial (mm/hari)
                        c           =  Angka koreksi (berdasarkan keadaan iklim)                      
                        ET0*     =  Evaporasi Potensial sebelum dikoreksi (mm/hari)
              P          =  Prosentase rata-rata jam siang malam, yang besarnya
                            bergantung pada letak (LL)
              t           =  suhu udara
 
Tabel 1.1 Hubungan P dan Letak Lintang (LL) Tabel BC. 1
(Untuk Indonesia : 50 s/d 100 LS)

LINTANG
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni


5,0 Utara
0.27
0.27
0.27
0.28
0.28
0.28

2,5 Utara
0.27
0.27
0.27
0.28
0.28
0.28

0
0.27
0.27
0.27
0.27
0.27
0.27

2,5 Selatan
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28

5 Selatan
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28

7,5 Selatan
0.29
0.28
0.28
0.28
0.27
0.27

10
 Selatan
0.29
0.28
0.28
0.27
0.26
0.26


LINTANG
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
5,0 Utara
0.28
0.28
0.28
0.27
0.27
0.27
2,5 Utara
0.28
0.28
0.28
0.27
0.27
0.27
0
0.27
0.27
0.27
0.27
0.27
0.27
2,5 Selatan
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
5 Selatan
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
7,5 Selatan
0.27
0.27
0.28
0.28
0.28
0.29
10 Selatan
0.26
0.27
0.27
0.28
0.28
0.29
         Sumber : Montarcih, 2008

Tabel 1.2 Angka Koreksi ( c ) menurut Blaney Criddle Tabel BC.2
BULAN
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni


( c )
0.80
0.80
0.75
0.70
0.70
0.70

BULAN
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember


( c )
0.70
0.75
0.80
0.80
0.80
0.80

  Sumber : Montarcih, 2008


1.6.4   Metode Radiasi

Untuk metode ini, data-data yang diperlukan adalah data letak lintang (LL), suhu udara (t), kecerahan matahari (n/N).

            Prosedur perhitungan :

1.      Cari suhu rata-rata bulanan (t)

2.      Cari nilai w

3.      Cari letak lintang (LL)

4.      Berdasarkan LL " cari nilai Rγ

5.      Cari data kecerahan matahari ( )
6.      Hitung Rs
Rs = (0,25+0,45 ) Ry
7.      Cari angka koreksi (C)
8.      Hitung ETo

Rumus Metode Radiasi:

ET0     = c . ET0*
ET0*  = w . Rs

Keterangan:
                        ET0      =  Evaporasi Potensial (mm/hari)
                        c          =  Angka koreksi (berdasarkan keadaan iklim)                      
                        ET0*    =  Evaporasi Potensial sebelum dikoreksi (mm/hari)
                        w         =  Faktor pengaruh suhu dan elevasi ketinggian daerah
                        Rs        =  Radiasi gelombang pendek yang diterima bumi  
                                        (mm/hari)
Rγ        = Radiasi gelombang pendek batas luar atmosfer  
   (bergantung pada  letak lintang daerah)
                        n/N      =  Kecerahan matahari (%)

Tabel 1.3 Hubungan t dan w (Tabel R.1)
(Untuk Indonesia, EL. 0-500 m)
Suhu (t0)
w
Suhu (t0)
w


24.0
0.735
27.2
0.767

24.2
0.737
27.4
0.769

24.4
0.739
27.6
0.771

24.6
0.741
27.8
0.773

24.8
0.743
28.0
0.775

25.0
0.745
28.2
0.777

25.2
0.747
28.4
0.779

25.4
0.749
28.6
0.781

25.6
0.751
28.8
0.783

25.8
0.753
29.0
0.785

26.0
0.755
29.2
0.787

26.2
0.757
29.4
0.789

26.4
0.759
29.6
0.791

26.6
0.761
29.8
0.793

26.8
0.763
30.0
0.795

27.0
0.765
30.2
0.797

                                Sumber : Montarcih, 2008

Tabel 1.4 Harga Rγ Untuk Indonesia (Tabel R.2)
(Untuk Indonesia : 50 s/d 100 LS)
Bulan
LU
0
LS
5
4
2
2
4
6
8
10
Jan
13.0
14.3
14.7
15.0
15.3
15.5
15.8
16.1
16.1
Feb
14.0
15.0
15.3
15.5
15.7
15.8
16.0
16.1
16.0
Mar
15.0
15.5
15.6
15.7
15.7
15.6
15.6
15.1
15.3
Apr
15.1
15.5
15.3
15.3
15.1
14.9
14.7
14.1
14.0
Mei
15.3
14.9
14.6
14.4
14.1
13.8
13.4
13.1
12.6
Jun
15.0
14.4
14.2
13.9
13.9
13.2
12.8
12.4
12.6
Jul
15.1
14.6
14.3
14.1
14.1
13.4
13.1
12.7
11.8
Ags
15.3
15.1
14.9
14.8
14.8
14.3
14.0
13.7
12.2
Sep
15.1
15.3
15.3
15.3
15.3
15.1
15.0
14.9
13.1
Okt
15.7
15.1
15.3
15.4
15.4
15.6
15.7
15.8
14.6
Nov
14.8
14.5
14.8
15.1
15.1
15.5
15.8
16.0
15.6
Des
14.6
14.1
14.4
14.8
14.8
15.4
15.7
16.0
16.0
   Sumber : Montarcih, 2008

Tabel 1.5 Angka Koreksi ( c ) Menurut Rumus Radiasi (Tabel R.3)
BULAN
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni


( c )
0.80
0.80
0.75
0.75
0.75
0.75

BULAN
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember


( c )
0.75
0.80
0.80
0.80
0.80
0.80

    Sumber : Montarcih, 2008

1.6.5  Metode Penman
            H.L.Penman (Rothamsted Experimental Station, Harpenden, England) dalam tahun 1998 menulis teori evaporasi bebas E0 yang berdasarkan atas kondisi neraca energi (energy balance condition), yang menebutkan bahwa agar terjadi evaporasi diperlukan panas. Di samping itu evaporasi berdasarkan juga pada gradien uap (vapour gradient condition), dengan gradien harus terjadi untuk memindahkan uap setelah dihasilkan. Hasil perhitungan dengan rumus ini lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan dua buah rumus di atas dimana tidak memasukkan faktor-faktor energi.(Soemarto, 1995)
            Prosedur perhitungan dalam Rumus Penman adalah sebagai berikut:
1.      Cari data suhu rerata bulanan (t)
2.      Berdasarkan data t cari nilai εγ, w, f(t)
3.      Cari data RH
4.      Hitung εd
εd = εd*RH

5.      Berdasarkan letak lintang cari Ra
6.      Cari data kecerahan matahari ( )
7.      Cari nilai Rs
Rs = (0.25 + 0.54 (n/N)) Rγ

8.      Cari nilai f( n/N)
f( n/N) = 0,1 + 0,9

9.      Cari data kecepatan angin (U)
10.  Cari f(U)
F(U) = 0,27 ×(1+0,864U)

11.  Cari Rn.I
Rn.1 = f(t) × f(εd) × f( )
12.  Cari nilai angka koreksi (C)
13.  Cari ETo*
Rumus Metode Penman:
ET0     = c . ET0*
ET0*  = w . (0.75 Rs – Rn1) + (1 – w) f(u) (εg – εd)
Keterangan:
                        ET0      =  Evaporasi Potensial (mm/hari)
                        c          =  Angka koreksi (berdasarkan keadaan iklim)                      
                        ET0*    =  Evaporasi Potensial sebelum dikoreksi (mm/hari)
                        w         =  Faktor pengaruh suhu dan elevasi ketinggian daerah
                        Rs        = Radiasi gelombang pendek  (mm/hari)
                        Rγ        =  Radiasi gelombang pendek batas luar atmosfer
                        n/N      =  Kecerahan matahari (%)
                        Rn       =  Radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)
                        f(t)       =  Fungsi suhu
f(εd) = 0.34 – 0.44 . ((εd)0.5)
                        f(εd)    =  Fungsi tekanan uap
                        εd        =  Tekanan uap sebenarnya (mbar)
f(n/N)  =  Fungsi kecerahan matahari
f(u)      =  Fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2.00 m
RH      =  Kelembaban relatif (%)


Tabel 1.6 Hubungan t Dengan εγ, w, f (t) (Tabel PN.1)

T (oC)
εγ mbar
w
f (t)
T(oC)
εγ mbar
w
f (t)


24
29,85
0,735
15,40
26,60
34,83
0,761
16,02


24,2
30,21
0,737
15,45
26,80
35,25
0,763
16,06


24,4
30,57
0,739
15,50
27,00
35,66
0,765
16,10


24,6
30,94
0,741
15,55
27,20
36,09
0,767
16,14


24,8
31,31
0,743
15,60
27,40
36,50
0,769
16,18


25
31,69
0,745
15,65
27,60
36,94
0,771
16,22


25,2
32,06
0,747
15,70
27,80
37,37
0,773
16,26


25,4
32,45
0,749
15,75
28,00
37,81
0,775
16,30


25,6
32,83
0,751
15,80
28,20
38,25
0,777
16,34


25,8
33,22
0,753
15,85
28,40
38,70
0,779
16,38


26
33,62
0,755
15,90
28,60
39,14
0,781
16,42


26,2
34,02
0,757
15,94
28,80
39,61
0,783
16,46


26,4
34,42
0,759
15,98
29,00
40,06
0,785
16,50

Sumber : Montarcih, 2008

Tabel 1.7 Harga Rγ Untuk Indonesia (Tabel PN.2)
(Untuk Indonesia : 50 s/d 100 LS)
Bulan
LU
0
LS
5
4
2
2
4
6
8
10
Jan
13.0
14.3
14.7
15.0
15.3
15.5
15.8
16.1
16.1
Feb
14.0
15.0
15.3
15.5
15.7
15.8
16.0
16.1
16.0
Mar
15.0
15.5
15.6
15.7
15.7
15.6
15.6
15.1
15.3
Apr
15.1
15.5
15.3
15.3
15.1
14.9
14.7
14.1
14.0
Mei
15.3
14.9
14.6
14.4
14.1
13.8
13.4
13.1
12.6
Jun
15.0
14.4
14.2
13.9
13.9
13.2
12.8
12.4
12.6
Jul
15.1
14.6
14.3
14.1
14.1
13.4
13.1
12.7
11.8
Ags
15.3
15.1
14.9
14.8
14.8
14.3
14.0
13.7
12.2
Sep
15.1
15.3
15.3
15.3
15.3
15.1
15.0
14.9
13.1
Okt
15.7
15.1
15.3
15.4
15.4
15.6
15.7
15.8
14.6
Nov
14.8
14.5
14.8
15.1
15.1
15.5
15.8
16.0
15.6
Des
14.6
14.1
14.4
14.8
14.8
15.4
15.7
16.0
16.0
      Sumber : Montarcih, 2008

Tabel 1.8 Angka Koreksi ( c ) Menurut Rumus Penman (Tabel PN.3)
BULAN
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni


( c )
1.10
1.10
1.10
0.90
0.90
0.90


BULAN
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember


( c )
0.90
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00

     Sumber : Montarcih, 2008

1.7    Analisa Evaporasi Potensial
            Evaporasi potensial dapat dihitung menggunakan tiga metode. Adapun metode yang dipergunakan dalam perhitungan evaporasi potensial ini adalah:
1.      Metode Blaney-Criddle
2.      Metode Radiasi
3.      Metode Penman
            Tabel berikut adalah tabel data perhitungan evaporasi yang nantinya akan menjadi data penunjang perhitungan dalam ketiga metode tersebut.

Tabel 1.9 Data Untuk Perhitungan Evaporasi dan Evapotranspirasi
Letak Lintang

Suhu Rata-rata Bulanan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
4˚ LU
26.5
27.5
25.5
30.0
27.0
28.0
29.0
Letak Lintang

Suhu Rata-rata Bulanan
RH min
n
U
Agustus
Sept
Okt
Nov
Des
%
jam/hari
m/dt
4˚ LU
29.5
28.0
31.0
30.0
28.0
70.0
10.0
5.0











Sumber : Soal tugas besar hidrologi, 2013

Tabel 1.10 Metode Blaney - Criddle
No.
Bulan
Letak Lintang
P
T
ET0*
(mm/hari)
c
ET0
(mm/hari)
(˚C)
1
Januari
4˚ LU
0.27
26.5
5.465
0.80
4.372
2
Februari
4˚ LU
0.27
27.5
5.588
0.80
4.471
3
Maret
4˚ LU
0.27
25.5
5.342
0.75
4.006
4
April
4˚ LU
0.28
30.0
6.115
0.70
4.281
5
Mei
4˚ LU
0.28
27.0
5.731
0.70
4.012
6
Juni
4˚ LU
0.28
28.0
5.859
0.70
4.101
7
Juli
4˚ LU
0.28
29.0
5.987
0.70
4.191
8
Agustus
4˚ LU
0.28
29.5
6.051
0.75
4.538
9
September
4˚ LU
0.28
28.0
5.859
0.80
4.687
10
Oktober
4˚ LU
0.27
31.0
6.020
0.80
4.816
11
November
4˚ LU
0.27
30.0
5.897
0.80
4.717
12
Desember
4˚ LU
0.27
28.0
5.650
0.80
4.520
      Sumber : Hasil Perhitungan, 2013

No comments:

Post a Comment