1.1 Latar Belakang
Pengukuran langsung evaporasi maupun evapotranspirasi dari air
maupun permukaan lahan yang luas akan mengalami banyak kendala, untuk itu maka dikembangkan beberapa
metode pendekatan dengan menggunakan input data-data yang diperkirakan berpengaruh
terhadap besarnya evapotranspirasi.
Evaporasi
merupakan faktor penting dalam studi tentang kebutuhan air tanaman dan perencanaan
bangunan irigasi. Evaporasi sangat berpengaruh pada besarnya kapasitas waduk,
besarnya debit yang dibutuhkan untuk tanaman, besarnya debit yang akan
dialirkan untuk irigasi, dan besarnya kapasitas pompa untuk irigasi.
Apabila jumlah air yang tersedia tidak menjadi faktor pembata, maka
evapotranspirasi yang terjadi akan mencapai kondisi itu dikatakan sebagai
evapotranspirasi potensial tercapai atau dengan kata lain evapotranspirasi
potensial akan berlangsung bila pasokan air tidak terbatas bagi permukaan
tanah.
Dengan mempelajari proses terjadi dan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap evaporasi, mahasiswa dapat melalukan analisis neraca
air suatu kawasan melalui pendekatan dari model – model perhitungan evaporasi
yang ada. Besarnya
evaporasi dapat dihitung dengan menggunakan beberapa metode. Metode yang sering
digunakan adalah metode Blaney-Criddle, Radiasi, dan Penman. Dengan menguasai metode ini diharapkan mahasiswa mampu
melakukan pengelolaan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi.
1.2 Identifikasi Masalah
Evapotranspirasi adalah proses yang terjadi jika evaporasi
dan transpirasi terjadi secara bersamaan. Untuk menghitung nilai dari
evapotranspirasi dapat menggunakan pendekatan-pendekatan seperti dengan
menggunakan metode Blaney-Criddle, Radiasi, dan Penman. Walaupun dari
pendekatan-pendekatan ini masih belum terjamin keakuratannya.
Sebelum mendapatkan laju evapotranpirasi, yang harus
dihitung adalah laju evaporasi atau evaporasi potensial, serta harus diketahui
koefisien tanamannya. Sehingga dari sini bisa didapatkan perbandingan antara
ketiganya dan nilai evapotranspirasi pun dapat diketahui.
1.3
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka rumusan masalah yang dapat di ambil adalah sebagai berikut :
- Berapakah besar evaporasi potensial jika dihitung dengan metode Blaney-Criddle, Radiasi, dan Penman?
- Bagaimanakah perbandingan besar evaporasi potensial dari hasil perhitungan degan metode Blaney-Criddle, radiasi, dan Penman?
- Berapakah besar dan perbandingan nilai evapotranspirasi tanaman padi berdasarkan metode Blaney-Criddle, Radiasi, dan Penman?
1.4 Pembatasan
Masalah
Pembahasan
tentang evapotranspirasi akan dibatasi dengan hanya membahas tentang
perhitungan menggunakan rumus Blaney-Criddle, Radiasi dan Penman serta hasil
perbandingan antara rumus tersebut.
1.5 Tujuan dan Manfaat
- Untuk mengetahui besarnya nilai evaporasi potensial.
- Untuk mengetahui perbandingan besarnya nilai evaporasi potensial berdasarkan perhitungan dengan menggunakan ketiga metode.
- Untuk mengetahui perbandingan besar evapotranspirasi yang dihitung berdasarkan ketiga metode yang ada.
1.6 Kajian Pustaka
1.6.1 Evaporasi Potensial
Penguapan (evaporation) adalah proses pertukaran melalui
molekul air di atmosfer atau
peristiwa berubahnya air atau es menjadi uap di udara. Proses Evaporasi terjadi pada tiap keadaan suhu
sampai udara di permukaan tanah menjadi jenuh dengan uap air. Evaporasi merupakan
faktor penting dalam studi tentang pengembangan sumber-sumber daya air. Evaporasi
sangat mempengaruhi debit sungai, penggunaan (consumtif use) untuk tanaman, besarnya kapasitas waduk, besarnya
kapasitas pompa untuk irigasi dan lain – lain.(Soemarto, 1995 )
Air
akan menguap dari tanah, baik tanah gundul atau yang tertutup oleh tanaman dan
pepohonan, permukaan tidak tembus air seperti atap dan jalan raya, air bebas
dan mengalir. Laju evaporasi atau penguapan akan berubah-ubah menurut warna dan
sifat pemantulan permukaan (albedo)
dan hal ini juga akan berbeda untuk permukaan yang langsung tersinari oleh
matahari dan yang terlindung dari sinar matahari.
Besarnya
faktor meteorologi yang mempengaruhi besarnya evaporasi poensial adalah sebagai
berikut:
§ Radiasi Matahari
Pada setiap perubahan bentuk zat; dari es menjadi air
(pencairan), dari zat cair menjadi gas (penguapan) dan dari es lengsung menjadi
uap air (penyubliman) diperlukan panas laten (laten heat). Panas
laten untuk penguapan berasal dari radiasi matahari dan tanah. Radiasi matahari
merupakan sumber utama panas dan mempengaruhi jumlah evaporasi di atas
permukaan bumi, yang tergantung letak pada garis lintang dan musim.
Radiasi matahari di suatu lokasi bervariasi sepanjang
tahun, yang tergantung pada letak lokasi (garis lintang) dan deklinasi
matahari. Pada bulan Desember kedudukan matahari berada paling jauh di selatan,
sementara pada bulan Juni kedudukan matahari berada palng jauh di utara. daerah
yang berada di belahan bumi selatan menerima radiasi maksimum matahari pada
bulan Desember, sementara radiasi terkecil pada bulan Juni, begitu pula
sebaliknya. Radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi juga dipengaruhi
oleh penutupan awan. Penutupan oleh awan dinyatakan dalam persentase dari lama
penyinaran matahari nyata terhadap lama penyinaran matahari yang mungkin
terjadi.(Triatmodjo, 2010)
§
Angin
Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan
evaporasi menjadi lebih lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh terhadap
uap air dan proses evaporasi terhenti. Agar proses penguapan dapat berjalan
terus lapisan udara yang telah jenuh tersebut harus diganti dengan udara
kering. Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada angin. Oleh karena itu
kecepatan angin merupakan faktor penting dalam evaporasi. Di daerah terbuka dan
banyak angin, penguapan akan lebih besar daripada di daerah yang terlindung dan
udara diam.
Untuk di negara Indonesia, kecepatan angin relatif rendah.
Pada musim penghujan angin dominan berasal dari barat laut yang membawa banyak
uap air, sementara pada musim kemarau angin berasal dari tenggara yang kering.
§
Kelembaban Relatif (Relative Humiditas)
Saat terjadi penguapan,
tekanan udara pada lapisan udara tepat di atas permukaan air lebih rendah di
banding tekanan pada permukaan air. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan
terjadinya penguapan. Pada waktu penguapan terjadi, uap air bergabung dengan
udara di atas permukaan air, sehingga udara mengandung uap air.
Udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap
air. Apabila jumlah uap air yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan uapnya
juga semakin tinggi. Akibatnya perbedaan tekanan uap semakin kecil, yang
menyebabkan berkurangnya laju penguapan. Apabila udara di atas permukaan air
sudah jenuh uap air tekanan udara telah mencapai tekanan uap jenuh, di mana
pada saat itu penguapan terhenti. Kelembaban udara dinyatakan dengan kelembaban
relatif. (Triatmodjo, 2010)
Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan
perairan laut cukup luas, mempunyai kelembaban udara tinggi. Kelembaban udara
tergantung pada musim, di mana nilainya tinggi pada musim penghujan dan
berkurang pada musim kemarau. Di daerah pesisir kelembaban udara akan lebih tinggi
daripada di daerah pedalaman.
§
Suhu (Temperature)
Temperatur udara pada permukaan evaporasi sangat
berpengaruh terhadap evaporasi. Semakin tinggi temperatur semakin besar
kemampuan udara untuk menyerap uap air. Selain itu semakin tinggi temperatur,
energi kinetik molekul air meningkat sehingga molekul air semakin banyak yang
berpindah ke lapis udara di atasnya dalam bentuk uap air. Oleh karena itu di
daerah beriklim tropis jumlah evaorasi lebih tinggi, di banding dengan daerah
di kutub (daerah beriklim dingin). Untuk variasi harian dan bulanan temperatur
udara di Indonesia relatif kecil.
1.6.2 Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah transpor air ke atmosfer dari
permukaan termasuk tanah (evaporasi tanah) dan transpirasi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi
yaitu faktor iklim mikro, mencakup radiasi netto, suhu, kelembaban dan angin,
faktor tanaman, mencakup jenis tanaman, derajat penutupannya, struktur tanaman,
stadia perkembangan sampai masak, keteraturan dan banyaknya stomata, menutup
dan membukanya stomata, faktor tanah, mencakup kondisi tanah, aerasi tanah,
potensial air tanah dan kecepatan air tanah bergerak ke akar tanaman (Linsley dkk.,
1979).
Harga
evapotranspirasi bergantung kepada jenis dan umur tanaman, yang nilainya
didapatkan degan mengalikan koefisien tanaman dan harga evaporasi potensial.
Rumus
Evapotranspirasi Tanaman:
ET =
Kc . ET0
|
Keterangan:
ET = Evapotranspirasi
Tanaman (mm/hari)
Kc =
Koefisien Tanaman (berdasarkan jenis tanaman)
ET0 =
Evaporasi Potensial (mm/hari)
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam penghitungan besarnya evaporasi
potensial adalah sebagai berikut:
1.6.3 Metode Blaney-Criddle
Metode ini menghasilkan rumus
evaporasi potensial untuk sembarang tanaman sebagai fungsi suhu, jumlah jam
siang hari dan koefisien tanaman empiris.
Rumus ini berlaku untuk daerah yang luas dengan iklim kering dan sedang yang
sesuai dengan kondisi yang mirip dengan bagian barat Amerika Serikat. Radiasi
matahari netto dapat di ukur dengan radiometer. Dalam pemakaian rumus ini
dibutuhkan suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan waktu relatif
sinar matahari terang. .(Soemarto,
1995)
Proses Perhitungan :
1.
Cari
Letak Lintang Daerah yang ditinjau
2.
Cari
nilai P
3.
Cari
data suhu bulanan (t)
4.
Berdasarkan nilai P dan t, Hitung
Eto*
5.
Sesuai
dengan bulan cari angka koreksi (c)
6.
Hitung
Eto
Rumus Metode Blaney-Criddle:
ET0
= c . ET0*
ET0* = P . (0.457 t + 8.13)
|
Keterangan:
ET0
=
Evaporasi Potensial (mm/hari)
c =
Angka koreksi (berdasarkan keadaan iklim)
ET0* =
Evaporasi Potensial sebelum dikoreksi (mm/hari)
P = Prosentase rata-rata jam siang malam, yang
besarnya
bergantung pada letak (LL)
t = suhu udara
Tabel 1.1 Hubungan P dan Letak Lintang (LL) Tabel
BC. 1
(Untuk Indonesia : 50 s/d
100 LS)
LINTANG
|
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
|
5,0 Utara
|
0.27
|
0.27
|
0.27
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
|
2,5 Utara
|
0.27
|
0.27
|
0.27
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
|
0
|
0.27
|
0.27
|
0.27
|
0.27
|
0.27
|
0.27
|
|
2,5
Selatan
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
|
5 Selatan
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
|
7,5
Selatan
|
0.29
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
0.27
|
0.27
|
|
10
Selatan
|
0.29
|
0.28
|
0.28
|
0.27
|
0.26
|
0.26
|
LINTANG
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
5,0 Utara
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
0.27
|
0.27
|
0.27
|
2,5 Utara
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
0.27
|
0.27
|
0.27
|
0
|
0.27
|
0.27
|
0.27
|
0.27
|
0.27
|
0.27
|
2,5
Selatan
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
5 Selatan
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
7,5
Selatan
|
0.27
|
0.27
|
0.28
|
0.28
|
0.28
|
0.29
|
10
Selatan
|
0.26
|
0.27
|
0.27
|
0.28
|
0.28
|
0.29
|
Sumber : Montarcih, 2008
Tabel 1.2 Angka Koreksi ( c )
menurut Blaney Criddle Tabel BC.2
BULAN
|
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
|
( c )
|
0.80
|
0.80
|
0.75
|
0.70
|
0.70
|
0.70
|
BULAN
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
|
( c )
|
0.70
|
0.75
|
0.80
|
0.80
|
0.80
|
0.80
|
Sumber
: Montarcih, 2008
1.6.4 Metode Radiasi
Untuk
metode ini, data-data yang diperlukan adalah data letak lintang (LL), suhu
udara (t), kecerahan matahari (n/N).
Prosedur
perhitungan :
1. Cari suhu rata-rata bulanan (t)
2. Cari nilai w
3. Cari letak lintang (LL)
4. Berdasarkan LL " cari nilai Rγ
5. Cari data kecerahan matahari (
)
6. Hitung Rs
Rs =
(0,25+0,45
) Ry
|
7. Cari angka koreksi
(C)
8. Hitung ETo
Rumus Metode Radiasi:
ET0 = c . ET0*
ET0* = w . Rs
Keterangan:
ET0
=
Evaporasi Potensial (mm/hari)
c =
Angka koreksi (berdasarkan keadaan iklim)
ET0* =
Evaporasi Potensial sebelum dikoreksi (mm/hari)
w =
Faktor pengaruh suhu dan elevasi ketinggian daerah
Rs =
Radiasi gelombang pendek yang diterima bumi
(mm/hari)
Rγ = Radiasi gelombang pendek batas luar atmosfer
(bergantung
pada letak lintang daerah)
n/N =
Kecerahan matahari (%)
Tabel 1.3 Hubungan t dan w (Tabel R.1)
(Untuk Indonesia, EL. 0-500 m)
Suhu (t0)
|
w
|
Suhu (t0)
|
w
|
|
24.0
|
0.735
|
27.2
|
0.767
|
|
24.2
|
0.737
|
27.4
|
0.769
|
|
24.4
|
0.739
|
27.6
|
0.771
|
|
24.6
|
0.741
|
27.8
|
0.773
|
|
24.8
|
0.743
|
28.0
|
0.775
|
|
25.0
|
0.745
|
28.2
|
0.777
|
|
25.2
|
0.747
|
28.4
|
0.779
|
|
25.4
|
0.749
|
28.6
|
0.781
|
|
25.6
|
0.751
|
28.8
|
0.783
|
|
25.8
|
0.753
|
29.0
|
0.785
|
|
26.0
|
0.755
|
29.2
|
0.787
|
|
26.2
|
0.757
|
29.4
|
0.789
|
|
26.4
|
0.759
|
29.6
|
0.791
|
|
26.6
|
0.761
|
29.8
|
0.793
|
|
26.8
|
0.763
|
30.0
|
0.795
|
|
27.0
|
0.765
|
30.2
|
0.797
|
Sumber :
Montarcih, 2008
Tabel 1.4 Harga Rγ Untuk Indonesia (Tabel R.2)
(Untuk Indonesia : 50 s/d
100 LS)
Bulan
|
LU
|
0
|
LS
|
||||||
5
|
4
|
2
|
2
|
4
|
6
|
8
|
10
|
||
Jan
|
13.0
|
14.3
|
14.7
|
15.0
|
15.3
|
15.5
|
15.8
|
16.1
|
16.1
|
Feb
|
14.0
|
15.0
|
15.3
|
15.5
|
15.7
|
15.8
|
16.0
|
16.1
|
16.0
|
Mar
|
15.0
|
15.5
|
15.6
|
15.7
|
15.7
|
15.6
|
15.6
|
15.1
|
15.3
|
Apr
|
15.1
|
15.5
|
15.3
|
15.3
|
15.1
|
14.9
|
14.7
|
14.1
|
14.0
|
Mei
|
15.3
|
14.9
|
14.6
|
14.4
|
14.1
|
13.8
|
13.4
|
13.1
|
12.6
|
Jun
|
15.0
|
14.4
|
14.2
|
13.9
|
13.9
|
13.2
|
12.8
|
12.4
|
12.6
|
Jul
|
15.1
|
14.6
|
14.3
|
14.1
|
14.1
|
13.4
|
13.1
|
12.7
|
11.8
|
Ags
|
15.3
|
15.1
|
14.9
|
14.8
|
14.8
|
14.3
|
14.0
|
13.7
|
12.2
|
Sep
|
15.1
|
15.3
|
15.3
|
15.3
|
15.3
|
15.1
|
15.0
|
14.9
|
13.1
|
Okt
|
15.7
|
15.1
|
15.3
|
15.4
|
15.4
|
15.6
|
15.7
|
15.8
|
14.6
|
Nov
|
14.8
|
14.5
|
14.8
|
15.1
|
15.1
|
15.5
|
15.8
|
16.0
|
15.6
|
Des
|
14.6
|
14.1
|
14.4
|
14.8
|
14.8
|
15.4
|
15.7
|
16.0
|
16.0
|
Sumber
: Montarcih, 2008
Tabel 1.5 Angka Koreksi ( c )
Menurut Rumus Radiasi (Tabel R.3)
BULAN
|
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
|
( c )
|
0.80
|
0.80
|
0.75
|
0.75
|
0.75
|
0.75
|
BULAN
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
|
( c )
|
0.75
|
0.80
|
0.80
|
0.80
|
0.80
|
0.80
|
Sumber : Montarcih, 2008
1.6.5 Metode Penman
H.L.Penman (Rothamsted Experimental Station, Harpenden, England) dalam tahun
1998 menulis teori evaporasi bebas E0 yang berdasarkan atas kondisi
neraca energi (energy balance condition), yang menebutkan bahwa agar terjadi
evaporasi diperlukan panas. Di samping itu evaporasi berdasarkan juga pada gradien
uap (vapour gradient condition),
dengan gradien harus terjadi untuk memindahkan uap setelah dihasilkan. Hasil
perhitungan dengan rumus ini lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan dua buah
rumus di atas dimana tidak memasukkan faktor-faktor energi.(Soemarto, 1995)
Prosedur
perhitungan dalam Rumus Penman adalah sebagai berikut:
1. Cari data suhu rerata bulanan (t)
2. Berdasarkan data t cari nilai εγ, w, f(t)
3. Cari data RH
4. Hitung εd
εd = εd*RH
|
5. Berdasarkan letak lintang cari Ra
6. Cari data kecerahan matahari (
)
7. Cari nilai Rs
Rs = (0.25 + 0.54 (n/N)) Rγ
|
8. Cari nilai f(
n/N)
f(
n/N) = 0,1 + 0,9
|
9. Cari data kecepatan angin (U)
10. Cari f(U)
F(U)
= 0,27 ×(1+0,864U)
|
11. Cari Rn.I
Rn.1
= f(t) × f(εd) × f(
)
|
12. Cari nilai angka koreksi (C)
13. Cari ETo*
Rumus Metode Penman:
ET0
= c . ET0*
ET0* = w . (0.75 Rs – Rn1) + (1 – w) f(u) (εg
– εd)
|
Keterangan:
ET0
=
Evaporasi Potensial (mm/hari)
c =
Angka koreksi (berdasarkan keadaan iklim)
ET0* = Evaporasi
Potensial sebelum dikoreksi (mm/hari)
w =
Faktor pengaruh suhu dan elevasi ketinggian daerah
Rs = Radiasi gelombang pendek (mm/hari)
Rγ = Radiasi gelombang
pendek batas luar atmosfer
n/N =
Kecerahan matahari (%)
Rn =
Radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)
f(t) =
Fungsi suhu
f(εd) = 0.34 – 0.44 . ((εd)0.5)
|
f(εd) =
Fungsi tekanan uap
εd =
Tekanan uap sebenarnya (mbar)
f(n/N) = Fungsi kecerahan matahari
f(u) = Fungsi kecepatan angin
pada ketinggian 2.00 m
RH = Kelembaban relatif (%)
Tabel 1.6
Hubungan t Dengan εγ, w, f (t) (Tabel PN.1)
T (oC)
|
εγ mbar
|
w
|
f (t)
|
T(oC)
|
εγ mbar
|
w
|
f (t)
|
||
24
|
29,85
|
0,735
|
15,40
|
26,60
|
34,83
|
0,761
|
16,02
|
||
24,2
|
30,21
|
0,737
|
15,45
|
26,80
|
35,25
|
0,763
|
16,06
|
||
24,4
|
30,57
|
0,739
|
15,50
|
27,00
|
35,66
|
0,765
|
16,10
|
||
24,6
|
30,94
|
0,741
|
15,55
|
27,20
|
36,09
|
0,767
|
16,14
|
||
24,8
|
31,31
|
0,743
|
15,60
|
27,40
|
36,50
|
0,769
|
16,18
|
||
25
|
31,69
|
0,745
|
15,65
|
27,60
|
36,94
|
0,771
|
16,22
|
||
25,2
|
32,06
|
0,747
|
15,70
|
27,80
|
37,37
|
0,773
|
16,26
|
||
25,4
|
32,45
|
0,749
|
15,75
|
28,00
|
37,81
|
0,775
|
16,30
|
||
25,6
|
32,83
|
0,751
|
15,80
|
28,20
|
38,25
|
0,777
|
16,34
|
||
25,8
|
33,22
|
0,753
|
15,85
|
28,40
|
38,70
|
0,779
|
16,38
|
||
26
|
33,62
|
0,755
|
15,90
|
28,60
|
39,14
|
0,781
|
16,42
|
||
26,2
|
34,02
|
0,757
|
15,94
|
28,80
|
39,61
|
0,783
|
16,46
|
||
26,4
|
34,42
|
0,759
|
15,98
|
29,00
|
40,06
|
0,785
|
16,50
|
Sumber : Montarcih, 2008
Tabel
1.7 Harga Rγ Untuk Indonesia (Tabel PN.2)
(Untuk Indonesia : 50 s/d
100 LS)
Bulan
|
LU
|
0
|
LS
|
||||||
5
|
4
|
2
|
2
|
4
|
6
|
8
|
10
|
||
Jan
|
13.0
|
14.3
|
14.7
|
15.0
|
15.3
|
15.5
|
15.8
|
16.1
|
16.1
|
Feb
|
14.0
|
15.0
|
15.3
|
15.5
|
15.7
|
15.8
|
16.0
|
16.1
|
16.0
|
Mar
|
15.0
|
15.5
|
15.6
|
15.7
|
15.7
|
15.6
|
15.6
|
15.1
|
15.3
|
Apr
|
15.1
|
15.5
|
15.3
|
15.3
|
15.1
|
14.9
|
14.7
|
14.1
|
14.0
|
Mei
|
15.3
|
14.9
|
14.6
|
14.4
|
14.1
|
13.8
|
13.4
|
13.1
|
12.6
|
Jun
|
15.0
|
14.4
|
14.2
|
13.9
|
13.9
|
13.2
|
12.8
|
12.4
|
12.6
|
Jul
|
15.1
|
14.6
|
14.3
|
14.1
|
14.1
|
13.4
|
13.1
|
12.7
|
11.8
|
Ags
|
15.3
|
15.1
|
14.9
|
14.8
|
14.8
|
14.3
|
14.0
|
13.7
|
12.2
|
Sep
|
15.1
|
15.3
|
15.3
|
15.3
|
15.3
|
15.1
|
15.0
|
14.9
|
13.1
|
Okt
|
15.7
|
15.1
|
15.3
|
15.4
|
15.4
|
15.6
|
15.7
|
15.8
|
14.6
|
Nov
|
14.8
|
14.5
|
14.8
|
15.1
|
15.1
|
15.5
|
15.8
|
16.0
|
15.6
|
Des
|
14.6
|
14.1
|
14.4
|
14.8
|
14.8
|
15.4
|
15.7
|
16.0
|
16.0
|
Sumber
: Montarcih, 2008
Tabel 1.8 Angka Koreksi ( c ) Menurut Rumus
Penman (Tabel PN.3)
BULAN
|
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
|
( c )
|
1.10
|
1.10
|
1.10
|
0.90
|
0.90
|
0.90
|
BULAN
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
|
( c )
|
0.90
|
1.00
|
1.00
|
1.00
|
1.00
|
1.00
|
Sumber
: Montarcih, 2008
1.7 Analisa Evaporasi Potensial
Evaporasi
potensial dapat dihitung menggunakan tiga metode. Adapun metode yang
dipergunakan dalam perhitungan evaporasi potensial ini adalah:
1.
Metode Blaney-Criddle
2.
Metode Radiasi
3.
Metode Penman
Tabel berikut adalah tabel data perhitungan evaporasi
yang nantinya akan menjadi data penunjang perhitungan dalam ketiga metode
tersebut.
Tabel 1.9 Data Untuk Perhitungan
Evaporasi dan Evapotranspirasi
Letak Lintang
|
Suhu Rata-rata Bulanan
|
||||||
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
|
4˚ LU
|
26.5
|
27.5
|
25.5
|
30.0
|
27.0
|
28.0
|
29.0
|
Letak Lintang
|
Suhu Rata-rata Bulanan
|
RH min
|
n
|
U
|
||||||
Agustus
|
Sept
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
%
|
jam/hari
|
m/dt
|
|||
4˚ LU
|
29.5
|
28.0
|
31.0
|
30.0
|
28.0
|
70.0
|
10.0
|
5.0
|
||
Sumber : Soal tugas besar hidrologi,
2013
Tabel 1.10 Metode Blaney -
Criddle
No.
|
Bulan
|
Letak Lintang
|
P
|
T
|
ET0*
(mm/hari)
|
c
|
ET0
(mm/hari)
|
(˚C)
|
|||||||
1
|
Januari
|
4˚ LU
|
0.27
|
26.5
|
5.465
|
0.80
|
4.372
|
2
|
Februari
|
4˚ LU
|
0.27
|
27.5
|
5.588
|
0.80
|
4.471
|
3
|
Maret
|
4˚ LU
|
0.27
|
25.5
|
5.342
|
0.75
|
4.006
|
4
|
April
|
4˚ LU
|
0.28
|
30.0
|
6.115
|
0.70
|
4.281
|
5
|
Mei
|
4˚ LU
|
0.28
|
27.0
|
5.731
|
0.70
|
4.012
|
6
|
Juni
|
4˚ LU
|
0.28
|
28.0
|
5.859
|
0.70
|
4.101
|
7
|
Juli
|
4˚ LU
|
0.28
|
29.0
|
5.987
|
0.70
|
4.191
|
8
|
Agustus
|
4˚ LU
|
0.28
|
29.5
|
6.051
|
0.75
|
4.538
|
9
|
September
|
4˚ LU
|
0.28
|
28.0
|
5.859
|
0.80
|
4.687
|
10
|
Oktober
|
4˚ LU
|
0.27
|
31.0
|
6.020
|
0.80
|
4.816
|
11
|
November
|
4˚ LU
|
0.27
|
30.0
|
5.897
|
0.80
|
4.717
|
12
|
Desember
|
4˚ LU
|
0.27
|
28.0
|
5.650
|
0.80
|
4.520
|
Sumber : Hasil
Perhitungan, 2013
No comments:
Post a Comment